Hampir setiap orang pasti tidak akan terlepas dari yang namanya bahan
plastik dalam aktivitasnya sehari-hari. Ya, memang plastik telah
menjadi komponen penting dalam kehidupan modern saat ini dan peranannya
telah menggantikan kayu dan logam mengingat kelebihan yang dimilikinya
antara lain ringan dan kuat, tahan terhadap korosi, transparan dan mudah
diwarnai, serta sifat insulasinya yang cukup baik.
Sifat-sifat bahan plastik inilah yang membuatnya sulit tergantikan
dengan bahan lainnya untuk berbagai aplikasi khususnya dalam kehidupan
sehari-hari mulai dari kemasan makanan, alat-alat rumah tangga, mainan
anak, elektronik sampai dengan komponen otomotif. Peningkatan penggunaan
bahan plastik ini mengakibatkan peningkatan produksi sampah plastik
dari tahun ke tahun. Sebagai gambaran konsumsi plastik di Indonesia
mencapai 10 kg perkapita pertahun, sehingga dapat diprediksikan sebesar
itulah sampah plastik yang dihasilkan.
Seperti telah kita ketahui bersama bahwa
plastik sangat sulit terurai dalam tanah, membutuhkan waktu
bertahun-tahun dan ini akan menimbulkan permasalahan tersendiri dalam
penanganannya. Pembuangan di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah
bukanlah solusi yang cukup bijak dalam pengelolaan sampah plastik ini.
Peranan para pemulung dalam mengurangi timbunan sampah plastik patut
mendapat apresiasi meskipun ini tidak bisa menghilangkan seratus persen
sampah plastik yang ada. Perlu adanya manajemen sampah plastik mulai
dari lingkungan terkecil yaitu rumah tangga hingga skala besar meliputi
kawasan kota yang dikelola oleh pemerintah kota atau daerah setempat.
Untuk memudahkan pengelolaan sampah plastik pada skala rumah tangga,
maka perlu adanya pemahaman tentang jenis-jenis plastik, kandungan
materialnya, hingga dampaknya terhadap lingkungan sehingga diharapkan
terbentuk manajemen pengelolaan yang tepat.
Gambar Simbol recycling plastik yang ada pada produk plastik.
Beberapa jenis plastik yaitu : · PET atau PETE, atau polyethylene
therephthalate. Ringan, murah, dan mudah membuatnya. Penggunaannya
terutama pada botol minuman soft drink, tempat makanan yang tahan
microwave dan lain-lain. · HDPE (high density polyethylene) Lebih kuat
dan rentan terhadap korosi, sedikit sekali resiko penyebaran kimia bila
digunakan sebagai wadah makanan, bisa digunakan untuk wadah shampoo,
deterjen, kantong sampah. Mudah didaur ulang. · PVC (polyvinyl chloride)
Plastik jenis ini memiliki karakteristik fisik yang stabil dan memiliki
ketahanan terhadap bahan kimia, cuaca, sifat elektrik dan aliran. Bahan
ini paling sulit didaur ulang dan paling sering kita jumpai
penggunaannya pada pipa dan konstruksi bangunan. · LDPE (low density
polyethylene) Bisa digunakan untuk wadah makanan dan botol-botol yang
lebih lembek. · PP (polypropylene) Plastik jenis ini mempunyai sifat
tahan terhadap kimia kecuali klorin, bahan bakar dan xylene, mempunyai
sifat insulasi listrik yang baik. Bahan ini juga tahan terhadap air
mendidih dan sterilisasi dengan uap panas. Aplikasinya pada komponen
otomotif, tempat makanan, karpet, dll. · PS (polystyrene) Jenis ini
mempunyai kekakuan dan kestabilan dimensi yang baik. Biasanya digunakan
untuk wadah makanan sekali pakai, kemasan, mainan, peralatan medis, dll.
Sampah plastik sebagai sumber energi
Mengingat kandungan energi yang tinggi dari bahan plastik, maka
potensi pemanfaatannya sebagai salah satu sumber energi memiliki prospek
yang cukup bagus di masa mendatang. Dari sini bisa didapatkan dua
keuntungan sekaligus yaitu mengurangi problem sampah dan juga
menghasilkan energi yang bisa digunakan untuk mengurangi ketergantungan
pada sumber energi konvensional. Beberapa teknologi bisa digunakan untuk
mengkonversi sampah plastik menjadi bahan bakar diantaranya yaitu :
Konversi ke bahan bakar padat
Dilakukan dengan mencacah sampah plastik dan kemudian membriketnya
untuk nantinya menjadi bahan bakar briket. Bahan bakar ini kemudian bisa
digunakan untuk pembakaran di tungku-tungku industri.
Konversi ke bahan bakar cair
Dengan menggunakan prinsip pirolisis dimana sampah plastik dipanaskan
pada suhu sekitar 500oC sehingga fasenya akan berubah menjadi gas dan
kemudian akan terjadi proses perengkahan (cracking). Setelah itu
didinginkan kembali dan bisa mendapatkan bahan bakar cair setara dengan
bensin dan solar.
Konversi ke bahan bakar gas
Ini bisa dilakukan dengan teknologi gasifikasi dimana sampah plastik
dipanaskan pada suhu yang sangat tinggi mencapai 900oC dengan prinsip
oksidasi parsial. Sehingga akan dihasilkan gas hidrokarbon yang bisa
dimanfaatkan untuk keperluan industri. Sudah sepatutnya sampah plastik
tidak lagi menjadi permasalahan yang rumit dan bahkan bisa mendatangkan
manfaat dengan menghasilkan bahan bakar. Sekarang tinggal bagaimana
mendorong pemerintah daerah untuk menerapkan teknologi yang ada dan
tentunya didukung oleh seluruh masyarakat di dalam pengelolaan sampah
yang berbasis komunitas.
M. Syamsiro, M.Eng ; mahasiswa pasca sarjana di
Tokyo Institute of Technology, Jepang dan Dosen di Fakultas Teknik
Universitas Janabadra Yogyakarta dikutif dari http://olahsampah.com
sumber gambar : www. blog.biodiesel-ua.com
0 komentar:
Posting Komentar